Memahami Karakteristik Peserta Didik

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan Karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pengelolaan Kelas tentang ”Karakteristik Peserta Didik ” dengan baik dan tepat waktu.
Terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada semua rekan-rekan yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini serta terima kasih atas bimbingannya kepada Dr. Arifimiboy, S. Ag, M.pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Kelas
Kami menyadari manusia tidak luput dari kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun untuk makalah-makalah yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan dalam menambah pengetahuan.




Bukittingi, 28 November 2019

Penulis,



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satu nya terdapat pendidik dan peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses pembelajaran tertentu. Untuk menjalankan proses pembelajaran yang optimal pendidik harus menganalisis peserta didiknya terlebih dahulu.
Dengan memahami karakteristik peserta didik tersebut, pendidik akan dapat merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian karakteristik peserta didik
2.      Faktor yang mempengaruhi karakteristik peserta didik
3.      Karakteristik peserta didik
4.      Cara Menganalisis Karakteristik Peserta Didik
C.     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan mengenai karakteristik peserta didik yang mana nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan proses pembelajaran di kelas.        



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Karakteristik Peserta Didik
 Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Menurut Reigeluth (1993) seorang ilmuan pembelajaran yang menetapkan bahwa kedudukan karakteristik peserta didik merupakan komponen terpenting dalam pengembangan pengelolaan strategi pembelajaran. Dalam hal ini, proses pembelajaran yang didalamnya terdapat dimensi, metode, dan strategi yang telah dikembangkan dalam pembelajaran. Sehingga menganalisis karakteristik peserta didik merupakan suatu langkah awal yang harus dikembangkan. Strategi dan model dikembangkan dengan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Oleh karena itu, pembelajaran harus berpandangan kepada karakteristik peserta didik.
Jadi, Karakteristik peserta didik dapat didefinisikan sebagai aspek maupun kualitas seorang peserta didik. Berbagai aspek yang ada dalam diri peserta didik dapat dikaitkan dengan penataan pembelajaran. Sehingga karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi pemilihan strategi pembelajaran. Sesungguhnya, karakteristik pada peserta didik diidentifikasikan dapat mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.

B.     Faktor yang mempengaruhi karakteristik peserta didik antara lain:
a.       Dalam diri individu sendiri :
1.      Bakat
Setiap bakat yang dimiliki oleh peserta didik dapat tumbuh dengan sendirinya dan tergantung pada peserta didik itu sendiri mau atau tidak dalam mengembangkan potensi bakat yang dimiliki.
2.      Sifat keturunan
Berdasarkan fakta yang dimiliki oleh manusia, maka besar kemungkinan bagi peserta didik untuk memiliki sifat yang berdasarkan garis keturunan yang dimiliki oleh orang tua mereka.
3.      Dorongan dan instik
Dorongan dan instik yang dimiliki oleh peserta didik berasal dari batin mereka masing – masing. Sehingga dorongan disini merupakan ambisi dari peserta didik untuk terus maju dalam meningkatkan proses pembelajaran.
b.      Luar diri Individu
Faktor selanjutnya yakni berdasarkan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya yang dapat mempengaruhi karakteristik peserta didik antara lain:
1.      Makanan
Makanan maupun minuman dapat mempengaruhi dan menghambat perkembangan peserta didik karena setiap makanan dan minuman yang dikonsumsui dapat menjadi gizi dan racun bagi kesehatan tubuh manusia.
2.      Iklim
Iklim yang dimiliki oleh suatu negara juga dapat memperuhi karakteristik peserta didi. Karena bila iklim di sekitar mereka baik dan tidak buruk. Maka sedikit kemungkinan untuk menghambat perkemangan karakteristik peserta didik.
3.      Socio-Ekonomi
Ekonomi yang yang dimiki oleh pserta didik juga mampu menghambat perkembangan karakteristik peserta didik. Karena semakin tinggi ataupun semakin rendah suatu ekonomi yang dimiliki maka akan besar pengaruhnya terhadap karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik.
4.      Intelegensi
Kemampuan intelegensi ataupun intelektual yang dimiliki oleh peserta didik dapat mempengaruhi ke dalam proses pembelajaran peserta didik
5.      Jenis kelamin
Jenis kelamin juga bisa disebut sebagai penghambat karakteristik peserta didik. Karena setiap laki – laki maupun wanita memilki perbedaan yang signifikan untuk diketahui oleh peserta didik

C.    Karakteristik peserta didik.
Menurut Reigeluth (1993) mengungkapkan bahwa karakteristik peserta didik terbagi menjadi empat yakni antara lain :
a.       Pengetahuan
Pengetahuan merupakan suatu intelektual yang dimiliki oleh peserta didik. Pengetahuan inilah yang disebut dengan intelegensi siswa yang harus tetap dipertahankan untuk kemampuan peserta didik.
Menurut Reigeluth (dalam Degeng, 1999) pengetahuan peserta didik diidentifikasi menjadi tujuh jenis yang termasuk kedalam kemampuan awal peserta didik. Kemampuan awal peserta didik ini antara lain:
1.      Arbitrarily meaningfull knowledge (pengetahuan bermakna tak terorganisasi).
Pengetahuan ini merupakan tempat untuk mengaitkan suatu kemampuan menghafal. Hafalan dalam hal ini merupakan hafalan yang tidak terlalu penting. Namun masih memiliki makna penting bagi pengetahuan peserta didik.
2.      Analogic knowledge (pengetahuan analogis)
Pengetahuan seperti ini merupakan pengetahuan baru yang mengaitkan pengetahuan dengan kemampuan peserta didik maupun pengetahuan baru yang masih sama dan serupa serta berada di luar topik atau isi yang sedang dibicarakan.
3.      Superordinate knowledge (pengetahuan tingkat yang lebih tinggi)
Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi ini merupakan pengetahuan yang memiliki tingkat yang berada diatas analogic knowledge. Jadi dalam hal ini pengetahuan tingkat lebih tinggi dapat berfungsi sebagai tonggak atau kerangka bagi pengetahuan yang baru.
4.      Coordinate knowledge (pengetahuan setingkat)
Pengetahuan setingkat ini merupakan pengetahuan yang berfungsi sebagai pengetahuan yang komparatif.
5.      Subordinate knowledge (pengetahuan tingkat yang lebih rendah)
Pengetahuan tingkat yang lebih rendah ini merupakan pengetahuan yang berfungsi untuk menyatakan kebenaran pengetahuan baru yang sebenarnya
6.      Experiential knowlege (pengetahuan pengalaman)
Pengetahuan berdasarkan pengalaman ini memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah. Pada pengetahuan pengalaman ini juga mengkonkritkan atau memberikan fakta dengan menyediakan bukti contoh untuk pengetahuan baru.
7.      Cognitive strategy (strategi kognitif)
Strategi kognitif yang dimaksud ialah suatu strategi yang menyediakan berbagai cara dalam mengolah pengetahuan baru. Sehingga akan ada pemikiran ataupun pengungkapan kembali terhadap pengetahuan yang telah tersimpan dalam memori ingatan
b.      Gaya belajar
1.      Gaya belajar visual
Dalam gaya belajar visual yang terjadi pada peserta didik dapat diketahui melalui ciri – ciri utama yakni dengan menggunakan indera penglihatan.
 Ciri-ciri gaya belajar visual yakni antara lain:
-          Bicara cepat
-          Lebih mementingkan penampilan
-          Bersikap rapi dan teratur
-          Tidak mudah terganggu bila ada keributan
-          Lebih suka membaca daripada dibacakan
-          Lebih suka mencorat coret meski bukan hal yang penting
-          Lebih suka mengingat wajah orang daripada mengingat namanya
2.      Gaya belajar auditorial
Bagi peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori dapt dikenal dan diketahui dengan ciri-ciri yang lebih dominan yakni dengan menggunakan kekuatan indera pendengaran.
Ciri ciri gaya belajar auditorial yakni:
-          Pada saat bekerja suka berbicara kepada dirinya sendiri
-          Merasa terganggu bila ada keributan
-          Kesulitan dalam menulis maupun mengarang
-          Lebih suka bercerita
-          Menyukai lelucon dari lisan daripada dari komik
-          Bila berbicara dalam irama yang berpola
-          Bila berdiskusi selalu menggunakan kata kata yang panjang
-          Selalu mengulangi kata kata yang terlontar dan dapat menirukan nada pembicaraan orang lain
-          Lebih suka mendengarkan musik
-          Bila berbicara dengan orang lain selalu memalingkan penglihatannya dan tidka melakukan kontak mata saat berbicara dengan orang lain.
3.      Gaya belajar kinestetik
Reigeluth (1993) menjelaskan bahwa peserta didik yang menggunakan gaya belajar kinestetik lebih suka menggerakkan anggota tubuhnya saat berbicara dan sulit untuk diam.
Ciri-ciri yang dapat melihat peserta didik dengan menggunakan gaya belajar kinestetik antara lain:
-          Berbicara dengan perlahan
-          Membutuhkan waktu untuk berpikir dalam berbicara maupun dalam bertindak
-          Penampilan selalu rapi
-          Tidak mudah terganggu dengan keributan
-          Bila belajar selalu menggunakan praktek menghafal dengan berjalan
-          Membuat keputusan berdasarkan perasan
c.       Minat
Minat merupakan suatu hal yang berpengaruh besar tehadap belajar peserta didik. Apabila materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat peserta didik maka, peserta didik tidak akan bersemangat dan tidak berambisi dalam mempelajarinya. Karena bagi mereka, tidak akan ada daya tarik yang membuat mereka untuk berambisi dalam mempelajarinya. Tapi jika materi pelajarannya diminati dan dan menarik peserta didik maka akan menumbuhkan minat dan menambah semangat terhadap kegitan pembelajaran. Peserta didik yang kurang meminati materi pembelajaran, maka dapat diusahakan untuk mempunyai minat yang cukup besar dengan cara menjelaskan menggunakan metode yang menarik dan hal yang berguna bagi peserta didik. Serta dapat dilakukan dengan mendongkrak semngat peserta didik untuk menjelaskan materi yang berhubungan dengan cita-cita yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
d.      Motivasi belajar
Motivasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan sehingga menciptakan semangat belajar mereka. Menurut Reigeluth (dalam Degeng, 1999) motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yakni:
1.      Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan hal yang berasal dari dalam diri peserta didik sendiri yang dapat mendorong untuk melakukan tindakan belajar. Motivasi intrinsik merupakan suatu kesenangan materi yang menyangkut tentang kehidupan masa depan peserta didik sendiri.
2.      Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan suatu motivasi yang datang dari luar individu peserta didik yang dapat mendorong untuk tekun belajar. Adanya hadiah maupun pujian merupakan contoh yang konkrit pada motivasi ekstrinsik yang dapat mendongkrak peserta didik untuk belajar. Tidak adanya motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik dapat berpengaruh terhadap kurang bersemangatnya dalam melakukan proses mempelajari materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.
D.    Cara Menganalisis Karakteristik Peserta Didik
Reigeluth (dalam Degeng, 1999) dalam menganalisis karakteristik peserta didik dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan menjadi tiga cara yakni kemampuan yang berkaitan dengan:
a.       Pengetahuan yang akan diajarkan
Hal ini berkaitan dengan  berbagai tingkat pengetahuan sebagai berikut:
1.      Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (Superordinate knowledge)
Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi ini merupakan pengetahuan yang memiliki tingkat yang berada diatas analogic knowledge. Jadi dalam hal ini pengetahuan tingkat lebih tinggi dapat berfungsi sebagai tonggak atau kerangka bagi pengetahuan yang baru.
2.      Coordinate knowledge (pengetahuan setingkat)
Pengetahuan setingkat ini merupakan pengetahuan yang berfungsi sebagai pengetahuan yang komparatif.
3.      Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (Subordinate knowledge)
Pengetahuan tingkat yang lebih rendah ini merupakan pengetahuan yang berfungsi untuk menyatakan kebenaran pengetahuan baru yang sebenarnya. Sehingga dapat dibuktikan dengan memberikan contoh-contohnya.
4.      Pengetahuan pengalaman (Experiential knowlege)
Pengetahuan berdasarkan pengalaman ini memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah. Pada pengetahuan pengalaman ini juga mengkonkritkan atau memberikan fakta dengan menyediakan bukti contoh untuk pengetahuan baru.

b.                Pengetahuan yang berada diluar pengetahuan yang dibicarakan
Ini merupakan pengetahuan yang berada di luar konteks pengetahuan, yaitu sebagai berikut:
1.      Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (Arbitrarily meaningfull knowledge).
Pengetahuan ini merupakan tempat untuk mengaitkan suatu kemampuan menghafal. Hafalan dalam hal ini merupakan hafalan yang tidak terlalu penting. Namun masih memiliki makna penting bagi pengetahuan peserta didik.
2.      Pengetahuan analogis (Analogic knowledge)
Pengetahuan seperti ini merupakan pengetahuan baru yang mengaitkan pengetahuan dengan kemampuan peserta didik maupun pengetahuan baru yang masih sama dan serupa serta berada di luar topik atau isi yang sedang dibicarakan.
c.             Pengetahuan mengenai ketrampilan generik
1.      Strategi kognitif  (Cognitive strategy)
Strategi kognitif yang dimaksud ialah suatu strategi yang menyediakan berbagai cara dalam mengolah pengetahuan baru. Sehingga akan ada pemikiran ataupun pengungkapan kembali terhadap pengetahuan yang telah tersimpan dalam memori ingatan
Apabila dilihat dari tingkat penguasaan, kemampuan awal peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi tiga antara lain:
1.       Kemampuan awal siap pakai.
Pada tahapan ini lebih mengacu pada kemampuan awal, sebagaimana telah diidentifikasi oleh Reigeluth. Sehingga peserta didik juga sudah bisa menguasainya. Selain itu peserta didik juga dapat memakainya dalam situasi apaun.
2.      Kemampuan awal siap ulang
Pada tahapan ini mengacu pada kemampuan awal peserta didik, dimana peserta didik masih belum menguasai materi yang seharusnya dipahami. Sehingga peserta didik bergantung pada sumber sumber yang releva seperti buku untuk menggunakan kemampuan awal siap ulang ini.
3.       Kemampuan awal pengenalan
Pada tahapan kemampuan awal pengenalan ini, peserta didik perlu mengulangi beberapa kali agar lebih memahaminya. Sehingga dalam kemampuan awal ini masih tergantung pada sumber buku yang relevan dan peserta didik juga terkadang belum menguasainya.
.



BAB III
KESIMPULAN
Dalam pengelolaan proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuan mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode yang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik anak.
Karakteristik peserta didik yang disebut sebagai karakter individu ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, latar belakang, dan keturunan (gender). Kemampuan peserta didik yang dijadikan sebagai kemampuan awal atau tonggak ini berperan untuk meningkatkan pelaksanaan pembelajaran. Hal ini menyebabkan perubahan besar yang membantu memudahkan proses internal yang terjadi pada peserta didik pada saat meraka melakukan kegiatan belajar.



DAFTAR PUSTAKA
Daryanto & Rachmawati, Tutik. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Effects, I., Instructional, O. F., Characteristics, L., & Learning, O. N. (n.d.). executive summary.
Reigeluth_1999.pdf. (n.d.).



Comments

Popular posts from this blog

Imaginary Conditionals : Present Or Unspecified Time

Materials of DESCRIPTIVE TEXT & PROCEDURE TEXT